Universitas Gunadarma
Fakultas
Psikologi
Disusun
oleh:
Nama: Wanda Amalia
Kelas: 01PA09
Npm: 17515105
Nama: Wanda Amalia
Kelas: 01PA09
Npm: 17515105
Laporan ini
Disusun untuk Memenuhi
Sebagian Tugas
Matematika dan IAD
DEPOK
2016
Penemu Senyawa Antikanker Pada Kulit Kayu Damar Batu
Valentina
Adimurti Kusumaningtyas, dosen kimia di Universitas Jenderal Achmad Yani
(Unjani) Bandung itu berhasil menemukan senyawa antikanker pada kulit batang
pohon damar batu. Jika dikembangkan lebih lanjut melalui teknik ekstraksi
senyawa, itu bisa menjadi obat herbal masa depan untuk penyembuhan kanker
kulit.
“Obat herbal antikanker lebih aman daripada obat
sintetis. Karena kandungan zat dari tumbuhan tidak mempunyai efek
samping bagi organ tubuh,” ujar Valen saat ditemui di ruang
kerjanya.
Belum
banyak orang yang tahu tentang khasiat obat herbal, khususnya senyawa
pada kulit batang pohon damar. Penderita kanker kulit lebih banyak tergantung
obat sintetis yang berbahan baku zat kimia.
Hal itu semata-mata karena pemerintah dan
paramedis kurang mempromosikan obat herbal. “Sebenarnya, banyak juga
senyawa tanaman lain yang memiliki kemampuan menyembuhkan kanker seperti kunyit
dan sambiloto. Tapi paling tidak hasil penelitian saya bisa memberikan
alternatif pilihan bagi masyarakat yang ingin sembuh dari penyakitnya,” ujarnya
merendah.
Penemuan ini telah dirintis Valen sejak 2006. Waktu itu, ia dibantu dua rekannya, yakni Dewi Meliati (dosen Unjani) dan Yana Maulana Syah (dosen Institut Teknologi Bandung [ITB]) , berusaha mencari tema penelitian yang layak diajukan ke Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional untuk mendapatkan pendanaan.
Penemuan ini telah dirintis Valen sejak 2006. Waktu itu, ia dibantu dua rekannya, yakni Dewi Meliati (dosen Unjani) dan Yana Maulana Syah (dosen Institut Teknologi Bandung [ITB]) , berusaha mencari tema penelitian yang layak diajukan ke Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional untuk mendapatkan pendanaan.
“Kebetulan ITB mempunyai data base tentang
berbagai khasiat tanaman golongan tanaman keras Dipterocarpaceae.
Akhirnya kami memutuskan untuk meneliti kulit batang damar batu karena
belum pernah digarap oleh ilmuwan lain. Berdasarkan literatur, kulit batang
pohon ini mempunyai prospek cukup baik untuk menghasilkan senyawa anti-kanker,” ungkap
Valen.
Proposal itu disetujui Dikti. Valen dan
timnya mendapat hibah dana penelitian sebesar Rp50 juta plus waktu dua tahun
guna membuktikan kebenaran hipotesis. Penelitian itu diakui Valen tergolong
mulus. Proses yang paling lama ialah pada ketersediaan sampel. Kulit batang
harus didatangkan dari Kebun Raya Bogor sehingga ketika sampel habis, proses
penelitian terpaksa ditunda sementara.
“Sebenarnya pohon damar jati hidup di mana-mana.
Namun sampel penelitian kan harus konsisten supaya akurasi data terjaga,” ucapnya.
Pertengahan
2008, Valen dan kawan-kawan mempresentasikan temuan mereka ke Ditjen Dikti di
Jakarta. Dari penilaian tim juri, penelitian mereka dinyatakan logis.
Bukti yang dipaparkan Valen, dua dari tiga senyawa oligomer yang
terkandung dalam kulit batang damar batu bersifat antikanker terhadap sel
kanker murine leukemia P-388, meskipun masih perlu uji coba lanjutan
mulai dari hewan kecil sampai manusia.
Supaya dapat
diproduksi sebagai obat, Valen harus menguji coba senyawa
anti-kanker ke kera dengan metode yang sama. Jika terbukti efektif, diuji coba
dulu ke beberapa (relawan) manusia.
Adapun Valen
baru menyelesaikan uji sitotoksik pada benur udang dan mencit atau
tikus putih. Sel kanker kulit yang ditanamkan di tubuh kedua hewan itu
ternyata tidak tumbuh setelah diberi senyawa antikanker buatan Valen.
“Ada keinginan untuk menyelesaikan
semua uji coba. Tapi, kami terkendala dana karena biaya perizinan dan
pembelian sampel sangat besar,” kata Valen yang berharap adanya
donatur untuk membiayai proses uji coba.
Valen juga
sedang menunggu sertifikat paten dari Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual (HKI) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia atas metode
penelitian dan senyawa antikanker pada kulit batang damar batu yang ia
daftarkan sejak akhir 2008.
Ketertarikan Valen
kepada dunia kesehatan sebenarnya baru tumbuh ketika kuliah S-1 di
Jurusan Kimia Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung. Ia masuk tahun 1985.
Ketika mengikuti praktikum di Cirebon, dia mendapati sejumlah masyarakat
yang meminum air rebusan rumput untuk obat sakit gula.
Ternyata, sari pati rumput tersebut berfungsi
sebagai antibiotik yang menurunkan kadar gula dalam darah. “Saya
lalu berpikir, obat berbagai jenis penyakit pasti sudah tersedia di alam.
Sebab, ayat dalam Al-Qur’an pun menyebutkan bahwa segala sesuatu
yang Ia ciptakan tidaklah sia-sia,” ucapnya.
Dari situ,
perempuan yang hobi memasak ini ingin terus meneliti tanaman yang
menyembuhkan penyakit. Berbekal ilmu kimia organik bahan alam selama kuliah S-1
di Unpad dan S-2 di ITB, ia berharap bisa berkontribusi bagi banyak orang. “Karena
saya lulusan kimia, studi saya cuma sebatas mencari kandungan gizi dalam
tumbuhan dan kandungan senyawa antipenyakit dalam tanaman. Kalau
mau dijadikan obat herbal, harus bekerja sama dengan ilmuwan bidang kedokteran
atau farmasi.”
Menurut dia,
ilmu kimia organik tidak akan pernah mati. Selalu berkembang dan terus
mencari penemuan baru yang berguna bagi aspek kehidupan manusia. Apalagi di
negara tropis seperti Indonesia. Keaneka- ragaman hayatinya memiliki banyak
potensi yang belum tergali. Dari satu tanaman saja, semua bagiannya mulai
dari batang, akar, daun, sampai daun bisa menghasilkan senyawa
antipenyakit.
Valen lantas
mengilustrasikan kesuksesan ilmu pengobatan dari bahan organik di
China yang berkembang sejak puluhan abad silam.
“Di China, hampir tidak ada penyakit yang tidak
mampu disembuhkan oleh obat dari tumbuhan,” tukas perempuan yang
dipercaya menjabat sebagai Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas MIPA Unjani itu.
Obat herbal,
lanjut dia, memiliki tingkat risiko lebih rendah daripada obat sintetis.
Karena obat sintetis dapat berubah menjadi racun sehingga menurunkan kekebalan
tubuh seseorang. Sedangkan senyawa obat herbal yang bersifat alami mudah
dinetralisasi oleh tubuh.
“Pengusaha industri obat di luar negeri terus-menerus
mengembangkan obat-obatan berbahan baku tumbuhan. Mereka mengandalkan pasokan
senyawa alami dari kita. Masa kita jauh tertinggal dari orang asing,” kata
Valen yang kini tengah meneliti senyawa antikanker payudara.
Baginya, Tidak
ada kamus terlambat untuk menciptakan perubahan. Asalkan pemerintah mau
konsisten menjaga keanekaragaman hayati dengan cara menghapus praktik
penebangan liar.
Sementara
industri kesehatan nasional juga semakin mengakomodasi keberadaan obat herbal
sebagai solusi mengatasi penyakit.
“Saya kira ilmuwan akan senang hati berkarya demi
kemajuan bangsa. Bahkan semakin semangat mencari ide-ide baru karena hasil
kerja keras mereka diminati masyarakat,”tegasnya.
Biasanya,
batang pohon damar batu yang banyak tumbuh di pedalaman Sumatra itu kerap
dimanfaatkan masyarakat setempat untuk bahan bangunan. Getahnya bisa
dicampur kerosin untuk membuat rangka kapal boat, dapat pula
dipakai sebagai salah satu bahan baku cat dan vernis. Adapun larutan damar
dalam cairan kloroform dapat dipakai untuk mengawetkan binatang dan tumbuhan
guna kepentingan riset.
Pohon bernama
latin Hopea odorata itu memang menyimpan banyak manfaat. Di tangan Valentina,
manfaat damar batu bertambah lagi. Hasil risetnya membuktikan kulit batang
pohon ini menghasilkan senyawa aktif yang berguna untuk obat antikanker kulit.
Meski proses
penelitian itu memakan waktu lama, menurut Valen, pembentukan senyawa aktif
antikanker pada kulit batang damar batu tergolong mudah. Dia menjelaskan,
pertama-tama kulit batang dijemur di bawah terik sinar matahari selama dua
sampai tiga hari untuk menghilangkan kandungan airnya. Kemudian digiling sampai
menjadi serbuk.
Seluruh
serbuk direndam menggunakan cairan metanol selama satu hari untuk
mendapatkan senyawa murni atau biasa disebut proses ekstraksi.
Namun jika untuk konsumsi manusia, perendaman harus menggunakan cairan
etanol.
Berdasarkan uji sampel, didapati hasil bahwa dua dari tiga
senyawa oligomer yang terkandung dalam kulit batang damar batu
bersifat antikanker terhadap sel kanker murine leukemia P-388.
Namun dari 5 kg kulit batang damar batu, hanya 0,5 mg saja yang bisa
dimanfaatkan.
Senyawa aktif
tersebut berkhasiat membunuh sel kanker kulit yang menyerang makhluk hidup.
Meski begitu, temuan ini masih perlu uji sitotoksik mulai dari hewan kecil
hingga relawan manusia sebelum dinyatakan layak beredar di
masyarakat sebagai obat.
“Kami sudah berhasil menguji coba ke benur udang dan
tikus putih. Tinggal uji coba ke kera dan manusia. Tapi belum bisa dilakukan
karena keterbatasan dana,” terang Valen.
Dengan
cara konvensional, Valen mempersilakan masyarakat, khususnya
penderita kanker payudara, yang hendak membuktikan sendiri khasiat
batang kulit damar batu. Cukup dengan merebus
kulit batangnya. Jika memungkinkan, bisa berbentuk serbuk. Lalu sari pati air
rebusan langsung diminum sebagai obat pencegah perkembangan sel kanker kulit.
Jika dilakukan secara rutin, Valen yakin kanker kulit seseorang berangsur-angsur
hilang.
Ke depan, Valen
berencana membuat senyawa hasil temuannya menjadi produk suplemen agar
lebih mudah mengurus izin. “Dari aspek farmakologi, khasiat kulit
batang damar batu sudah teruji,”pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar